Objek wisata
religius di Bali yang akan kita bahas yaitu keberadaan sejumlah Pura
yang selain digunakan sebagai tempat peribadatan umat Hindu juga menjadi
objek wisata yang tidak kalah menarik dari pantai ataupun pemandangan
alam khas Bali lainnya. Pura ini adalah tempat religi yang penuh
kearifan lokal khas budaya Bali.
1. Pura Besakih
Pura Besakih merupakan sebuah komplek
Pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten
Karangasem, Bali. Di dalam komplek Pura tidak hanya terdapat satu Pura
saja tapi banyak. Karena banyaknya Pura yang terdapat di dalam satu
wilayah maka Pura Besakih ini dikategorikan sebagai Pura terbesar di
Indonesia.
Pura yang dikenal juga dengan nama Pura
Agung Besakih ini terdiri dari satu pusat Pura yang diberi nama Pura
Penataran Agung Besakih dan terdapat 18 Pura pendamping yang berada di
sekeliling dari Pura Penataran Agung Besakih. Satu buah Pura Basukian
dan 17 pura lainnya.
Pura Penataran Agung Besakih paling
banyak memiliki tempat atau bangunan untuk persembahyangan. Orang Bali
biasa menyebut dengan nama Pelinggih dan merupakan pusat dari Pura ini.
Sebagai ibunya dari Pura di Bali, Pura
Agung Besakih tidak terlepas dari sejarah keberadaannya. Pembangunan
Pura Besakih dimulai oleh seorang tokoh agama Hindu yang telah lama
menetap di Jawa. Beliau adalah Rsi Markandeya.
Dari hasil pertapaannya beliau
mendapatkan petunjuk untuk merabas hutan belantara Pulau Panjang atau
Pulau Dawa yang merupakan gabungan antara Pulau Jawa dan Pulau Bali
(karena dahulu kala konon Jawa dan Bali menjadi satu tidak terpisahkan
selat seperti sekarang).
Perjalanan pertama Rsi Markandeya
bersama pengikutnya menerabas hutan gagal karena belum mendapat wahyu
dari Tuhan. Selanjutnya setelah mendapatkan wahyu kembali untuk
melanjutkan penjelajahan, Rsi Markandeya bersama para pengikutnya
melakukan beragam upacara dan ritual termasuk membawa peralatan untuk
bercocok tanam sebelum akhirnya sampai di area Pura Besakih sekarang
untuk memulai kehidupan bercocok tanam dan pembagian lahan untuk tegal
dan perumahan.
Ditempat perambasan hutan, Rsi
Markandeya sempat menanam kendi yang berisikan logam dan air suci. Logam
tersebut antara lain logam emas, logam perak, logam tembaga, logam besi
dan logam perunggu. Kelima logam tersebut oleh masyarakat Bali disebut
dengan nama Panca Datu.
Selain logam juga turut serta ditanam permata yang disebut Mirahadi yang artinya mirah utama. Tempat penanaman kendi inilah yang disebut dengan nama Basuki yang artinya selamat. Diberikan nama Basuki atau selamat dikarenakan dalam perambasan hutan para pengikut dari Rsi Markandeya selamat melaksanakan tugasnya. Dengan berjalanyan waktu nama Basuki berubah menjadi Besakih.
2. Pura Lempuyang
Pura Lempuyang merupakan Pura tertua di
Bali berlokasi di Desa Adat Purwa Ayung, Kecamatan Abang, Karangasem,
Bali, sekitar 75 kilometer dari Kota Denpasar. Untuk menuju kawasan
Pura, wisatawan atau umat Hindu yang ingin sembahyang harus melalui
jalan perbukitan yang berliku-liku dan naik turun.
Jika ingin mencapai ke Pura Lempuyang
Luhur (utama) maka harus menaiki anak tangga yang jumlahnya ribuan.
Selama perjalanan wisatawan bisa melihat keindahan alam hutan yang asri
beserta udaranya yang sejuk menyegarkan ditemani aneka kicauan burung
serta tingkah laku monyet liar yang terkadang menggemaskan.
Objek wisata religius di Bali ini
terbagi menjadi tiga bagian yaitu: Lempuyang Sor, Lempuyang Madya dan
Lempuyang Luhur (paling tinggi). Untuk wisatawan dan umat Hindu yang
ingin berkunjung dan sembahyang di Puru Luhur Lempuyang wajib mentaati
sejumlah aturan diantaranya menjaga ucapan selama perjalanan, tidak
boleh berkata kasar, pikiran harus tulus, tidak makan babi, tidak sedang
cuntaka karena kerabat ada yang meninggal serta yang paling penting
wanita sedang haid dan menyusui tidak diperkenankan masuk Pura.
Wisatawan yang gemar wisata trekking,
melakukan perjalanan mendaki ke Pura Luhur Lempuyang akan memberikan
sensasi dan pengalaman yang unik serta menantang. Terdapat beberapa
jalur pendakian menuju puncak, jika mau lebih gampang, sudah disediakan
di jalur utama dengan tangga berundak yang biasa juga digunakan oleh
umat Hindu sebagai jalur persembahyangan sebelum tiba di area Pura
Lempuyang.
Sejarah berdirinya Pura ini belum dapat
diungkapkan dengan pasti namun menurut sejumlah sumber dari lontar dan
prasasti menyebutkan Lempuyang berasal dari kata “empu” atau “emong”
yang artinya menjaga dimana konon Bhatara atau Dewa kala itu mengutus
tiga putranya turun ke bumi untuk mengemong atau menjaga Bali dari
berbagai peristiwa bencana alam.
Gunung atau tempat yang sangat tinggi
dipercaya umat Hindu merupakan stana para Dewa yang merupakan
manifestasi Tuhan untuk menjaga keselamatan Pulau Bali.
3. Pura Ulun Danu Beratan
Nama Pura Ulun Danu Beratan merujuk pada
lokasinya yang berada di tepi Danau Beratan, Desa Candikuning,
Kecamatan Baturiti, Tabanan. Jika dari Denpasar wisatawan akan menempuh
jarak kurang lebih 50 kilometer. Keunikan dari Pura ini yaitu lokasi
Pura yang berada di tengah Danau Beratan.
Tempat wisata religius di Bali ini
memang menjadi salah satu objek wisata populer di Bali bahkan dengan
menyebut Objek Wisata Bedugul saja maka yang dimaksud adalah Pura Ulun
Danu Beratan ini. Padahal di Bedugul ada beberapa objek wisata lain yang tidak kalah serunya seperti Botanical Garden, Danau Buyan, Handara Golf & Country Club, Danau Tamblingan serta Kebun Strawberry Bedugul.
Menurut sejarah Pura Ulun Danu Beratan
yang bersumber pada lontar, disebutkan bahwa Pendiri Pura ini adalah
Raja Mengwi kala itu, I Gusti Agung Putu, yang didirikan pada tahun 1634
Masehi dan dijunjung atau dirawat oleh desa-desa sekitar area Pura.
Pura Ulun Danu terdiri dari lima
kompleks Pura dan satu buah Stupa dimana Stupa ini sendiri menandakan
adanya makna keselarasan dan harmoni beragama. Pada hari-hari tertentu
seperti Purnama, Tilem, Galungan maupun hari besar umat Hindu lainnya
seringkali diadakan persembahyangan bersama di Pura yang termasuk
kategori objek wisata religi di Bali ini.
Tidak hanya itu kawasan Ulun Danu Beratan yang indah sering juga digunakan untuk acara prewedding yang mempesona.
4. Pura Kehen
Pura Kehen terletak di Banjar Pekuwon,
Desa Cempaga, Bangli. Lokasi Pura berada di kaki Bukit Bangli bagian
selatan menghadap ke selatan. Pura ini berjarak sekitar 43 kilometer
dari Denpasar dan terbilang cukup dekat dengan Desa Wisata Ubud,
Kintamani dan Dewa Wisata Penglipuran yang ketenarannya di dunia
pariwisata tidak perlu diragukan lagi.
Keunikan Pura Kehen terdapat pada pintu
masuk pura yang tidak menggunakan Candi Bentar seperti pada Pura
Kahyangan Jagat pada umumnya. Pintu masuk Pura Kehen menggunakan Candi
Kurung. Keberadaan Bale Kulkul pada batang Pohon Beringin juga menambah
keunikan Pura Kehen yang merupakan salah satu objek wisata unggulan
Pemerintah Kabupaten Bangli ini.
Pohon beringin yang tumbuh sangat besar
di areal Pura Kehen sangat disakralkan oleh masyarakat setempat. Mereka
percaya bahwa jika batang pohon beringin tersebut patah, itu berarti
sebuah musibah atau petaka akan terjadi. Hal ini dibuktikan dengan
rentetan kejadian yang pernah terjadi turun temurun.
Menurut sejarah Pura Kehen, kehadiran
Pura ini sudah ada sejak akhir abad IX atau permulaan abad X Masehi.
Dalam perjalanan sejarahnya, desa, banjar atau Pura yang berada di
wilayah Desa Bangli bersatu dalam satu kesatuan yang utuh dikenal dengan
istilah Gebog Domas.
Dalam Gebog Domas ini seluruh banjar
atau desa memiliki tanggung jawab bersama terhadap keberadaan Pura
Kehen, masyarakat dan lingkungan di Desa Bangli. Wadah Gebog Domas
menjadi simbol bahwa banjar-banjar di wilayah Desa bangli
adalah sebuah kesatuan, dia juga menjadi simbol keunikan dan kekhasan
Bangli dengan desa-desa di wilayah atau daerah lain. Kesakralan terhadap
objek wisata religius di Bali ini masih diyakini warga setempat.
5. Pura Uluwatu
Pura Uluwatu berlokasi di Desa Pecatu,
Kuta Selatan, Badung. Desa Pecatu sangat terkenal di Badung karena
lokasinya yang sangat strategis dekat Bandara Internasional Ngurah Rai
dan juga memiliki pemandangan yang menakjubkan dari atas bukit beserta
pantainya yang mempesona.
Pura Uluwatu berada di atas tebing di
bagian selatan semenanjung Bali dan merupakan salah satu Pura Sad
Kahyangan (Enam kelompok besar Pura di Bali). Jaraknya sekitar 25
kilometer dari Kota Denpasar ke arah selatan. Pura ini berdiri kokoh di
atas batu karang yang menjorok ke tengah lautan dengan ketinggian kurang
lebih 90 meter.
Jika dilihat dari kejauhan salah satu
objek wisata religius di Bali ini sangat indah karena tebing yang
berbatu di sekeliling Pura memberikan pemandangan yang luar biasa
menakjubkan. Selain itu dari atas area Pura para wisatawan bisa
menikmati pemandangan laut di bawahnya yang tidak kalah mempesonanya.
Perjalanan sebelum mencapai Pura,
wisatawan akan disuguhkan pemandangan hutan kering kecil yang dikenal
dengan nama Alas Kekeran (Hutan Larangan) yang merupakan bagian dari
Pura dan dihuni oleh banyak monyet serta hewan lainnya.
Keindahan panorama sekeliling Pura
Uluwatu akan semakin memukau wisatawan pada saat matahari terbenam atau
sunset yang dapat dinikmati dari beberapa sisi tebing di seputar Pura,
ditambah rutinnya pertunjukan tari kecak yang dipentaskan di sebuah
panggung terbuka akan membuat perjalanan wisatawan ke Pura Uluwatu
semakin seru dan tidak terlupakan.
Berdasarkan sejarah Pura Uluwatu, belum
diketahui secara pasti kapan Pura ini dibangun namun berdasarkan
peninggalan kuno yang terdapat di area sekitar, Pura Uluwatu sudah ada
sejak abad ke-8. Nama Uluwatu sendiri berasal dari kata Ulu yang berarti
kepala dan Watu yang berarti batu. Oleh sebab itu Pura Uluwatu berarti
Pura yang dibangun di ujung terumbu karang.